Hai para pembaca, dalam tulisan
kali ini ijinkan saya berbagi kisah pengalaman saya selama saya bertugas kira
kira selama 3 tahun saya berprofesi di dunia kesehatan.
Pengalaman ini berasal dari kisah nyata selama
saya mengabdi di dunia kesetanan...eh kesehatan ding. Dimana apa yang saya
anggap konyol, traumatis, hingga menggelitik sanubari hati saya, akan saya share
secara singkat, padat merayap, dan deskrptif intuitif sadistif manipulatif
Pengalaman ini adalah rangkuman
ketika saya sudah bertugas mulai dari bandung, jakarta, kalimantan, hingga saat
sekarang ini di medan
1. Dokter Vs Dukun Anak
Ketika tiba di Puskesmas seorang
ibu dukun membawa 2 ikat tanaman dan mulai memukul seluruh badan pasien yang
hendak bersalin dengan tanaman tersebut.
*awalnya saya kira dia ini ahli botani atau tanaman hias....
Ketika saya bertanya apa maksud
dan tujuan, serta visi misi dari tindakan bu dukun tersebut, dia berkata untuk menangkal bahaya dan roh jahat.
Ya...masih bisa saya tolerir lah, demi menjaga kenyamanan pikiran sang pasien.
Tapi di tengah persalinan, dukun
masuk tiba tiba membawa tanaman hiasnya tadi sambil memukulkan tanaman tersebut ke ibu yang sedang bersalin
ini sambil menyembur dan memercikkan air.
Situasi semakin panas ketika saya
melarang tindakannya, sehingga objek pemukulan dengan tanaman hias beralih ke
saya, disertai semburan air putih mujarab dari bibir merah merona bu dukun ini,
sambil diiringi latar belakang suara teriakan ibu pasien untuk mengedan.
Tapi yang terpenting entah
bagaimana caranya, hasil akhir,Puji Tuhan, bayi keluar dengan selamat, dukun
anak keluar dari Puskesmas dengan selamat juga
Pesan Moral : Sakit juga dipukul
pakai tanaman , dan habis disembur langsung segerrr.... tp jgn lupa cuci muka
habis itu...
2. Dokter Vs Setan
Kira-kira Ketika Jam 01.00 dini
hari, saya ditelepon, ternyata keluarga pasien yang hendak minta berobat.Tapi
dikarenakan pasien tidak bisa dibawa, saya diminta tolong untuk datang ke rumah
pasien tersebut.
Setelah saya menyanggupi, saya
mempersiapkan alat pemeriksaan dan obat-obatan, kemudian dengan menggunakan belalang
tempur (baca:motor dinas) ,dimulai perjalanan saya, melewati jalan aspal,
setengah aspal, setapak, jembatan kayu , dibawah sinar rembulan.
Sekitar 30 menit sampailah di
TKP, kemudian saya segera memeriksa pasien. Kemudian saya mendapati penyakit
pasien tidak dalam keadaan yang gawat darurat, dengan keadaan umum sakit
ringan. Kemudian saya bertanya karena penasaran, kata saya: “ Pak, ini sakitnya
tidak terlalu parah kok, kenapa tadi bapak ga datang saja langsung ke tempat
praktek saya ?”
Kemudian dia menjawab dengan
alasan yang tegas, lugas, dan terpercaya, katanya :
“ Gini dok, sudah 1 minggu
ini dikampung kami ada setan penghisap darah (baca : kuyang, khas
kalimantan) yang muter keliling di kampung ini,. Jadi kami ga berani keluar
malam dulu sekarang ”
Lemes dengkul saya dengernya,
emang sih percaya ga percaya, tapi tetap aj Horror juga. Tiba-tiba Bapak
ini menawarkan menginap dirumah dia
kalau takut, tapi karena gengsi saya dulu masih tinggi, saya tolak tawaran
bapak ini.
Whew......bisa dibayangkan ya,
perjalanan pulang tidak sebahagia ketika hendak berangkat ke rumah pasien ini.
Keadaan pas jalan pulang mencekam, bahkan suara jangkrik ga terdengar sama
sekali. Sempet terasa kok jok belakang motor jadi berat kayak ada yang
tumpangin, ternyata.....itu tas ransel saya donk.
Pesan Moral : Mungkin karena
takut...eh lupa maksudnya, tiba-tiba keinget alat medis saya ketinggalan
dirumah pasien itu, jadi saya muter balik lagi untuk ambil,kira-kira sudah 10
menit perjalanan. Apes banget....
3. Jasa Dokter tidak selalu dengan Uang
Sepasang Pasien Kakek Nenek tua renta yang berasal
dari kampung di Hulu Sungai yang memakan waktu 2 jam untuk bisa sampai ketempat praktek agar bisa berobat.
Kemudian sang Kakek
berkata: “Pak, maaf saya hanya cukup membayar 20ribu untuk uang berobat kami,
soalnya kami harus membayar 30ribu lagi untuk biaya kami pulang ke kampung kami”
Mendengar perkataan itu naluri kemanusiaan saya
bergejolak , dan saya menolak pemberian uang berobat mereka. Tenang lah namanya
rejeki ga akan kemana sob. Kakek dan Nenek terus memaksa memberikan tapi karena
saya terus menolak akhirnya mereka menyerah juga. Dan pesan terakhir mereka
sebelum pulang : “pak, nanti saya bayar pakai apa yang kami punya “ *disini
udah mulai terasa aneh nih aura nya.....
Benar saja 3 hari kemudian sang kakek nenek datang
dengan 2 orang anak gadis, kemudian saya mempersilahkan mereka masuk.
Kemudian
Nenek itu bercerita bahwa 2 gadis itu adalah cucu mereka, dan mereka pun
berkata: “Pak dokter, maaf kemarin kami tidak bisa membayar biaya berobat kami.
Tapi kalau dokter tak berkeberatan cucu kami ini masih sendirian semua,
silahkan kalau pak dokter mau bawa” (sekedar
informasi berdasarkan pengamatan , dua anak gadis ini berusia kira-kira remaja
SMA, kulitnya putih banget, lucu, manis , ngegemesin intinya cakep sih)
kemudian kakek melanjutkan : “ini ada sekarung durian dari hutan dekat kampung
kami pak, silahkan ini buat bapak. “
Tidak bisa saya lukiskan perasaan saya hari itu, ibarat peribahasa sudah
jatuh tertimpa durian, ditimpa anak gadis lagi.....
Ya singkat cerita, durian sekarung itu saya terima
dengan lapang dada, dan dengan sangat menyesal saya tolak pemberian anak gadis
itu dari sang kakek
Pesan Moral : Harusnya dua cucu gadis si kakek itu
saya pinjam dulu buat bukain durian itu, jadi enak tinggal makan
bersambung part 2...........